Kategori

Sabtu, 05 Februari 2011

Semakin Kurangnya Orang Yang Berilmu dan Semakin Banyaknya Orang Bodoh Yang Dijadikan Ulama

Bismillah ...

Imam Al-Bukhari mengatakan : "Bab bagaimana ilmu dicabut"
’Umar bin ’Abdul ’Aziz menulis surat kepada Abu Bakr bin Hazm: ”Lihatlah mana hadits Rasulullah lalu tulislah. Karena sesungguhnya saya mengkhawatirkan hilangnya ilmu dan perginya para ulama. Janganlah engkau menerima selain hadits Nabi dan sebarkanlah ilmu. Duduklah sehingga orang yang tidak tahu menjadi tahu. Karena sesungguhnya ilmu tidaklah terhapus sehingga ia (menjadi) sesuatu yang rahasia.”

Kemudian Imam Al-Bukhari mengatakan :’Isma’il bin Abi Uwais memberikan hadits kepada kami dengan ucapannya: Saya diberi hadits oleh Malik dari Hisyam bin ’Urwah dari ayahnya dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash yang berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda:
”Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan begitu saja dari para hamba. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama. Sehingga tatkala tidak tersisa lagi seorang alim, maka orang-orangpun mengambil orang-orang jahil sebagai pemimpin (yang diulamakan). Mereka ditanya lalu mereka memberi fatwa (tanpa ilmu), akhirnya mereka sesat lagi menyesatkan.”(HR. Bukhari no.100, Muslim no. 2673)

Al-Imam Abdullah bin Mubarak meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Umayyah Al-Jahmi radhiallaahu’anhu bahwa Rasulullaah Shallallaahu ’Alaihi Wasallaam bersabda :
”Sesungguhnya diantara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat itu ada tiga, (salah satunya) akan dicari / dituntut ilmu dari Al-Ashaaghir (orang-orang kecil, yaitu yang tidak berilmu). (Az-Zuhd karya Ibnul Mubarak hal.20-21 hadits no. 61, dishahihkan Syaikh Al-Albani, lihat Jaami’ush shaghir hadits no. 2203, juga Ash-Shahihah no.695)

Ditanya oleh Abdullah bin Mubarak siapa As-Shaaghir itu, beliau menjawab : ”yaitu orang-orang yang berkata menurut pendapat (akalnya) sendiri saja.” (Hasyiyah Kitab Az-Zuhd hal.31, lihat Asyratus Sa’ah)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu’anhu bahwa Rasulullaah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :

”Akan tiba nanti kepada ummat manusia masa-masa yang penuh dengan tipu daya. Para pendusta dianggap orang yang jujur sebaliknya orang jujur dicap sebagai pendusta. Orang yang khianat dianggap amanah dan orang yang amanah dicap pengkhianat. Dan para Ruwaibidhah mulai angkat bicara!?. Ada yang bertanya,”Siapa itu Ruwaibidhah?” Beliau menjawab,”Orang bodoh berbicara tentang urusan orang banyak (ummat).”

(HR. Ibnu Majah no. 4042; Al-Hakim IV/465, 512; Ahmad II/291, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 4108 dan Ash-Shahihah no. 1887)

Al Imam At-Thurtusi rahimahullaah berkata :”renungkan hadits ini baik-baik. Sesungguhnya musibah menimpa ummat ini bukan karena ulama, (namun musibah akan datang) bila ulama telah wafat. Maka berfatwalah orang-orang jahil atas dasar kejahilannya, saat itulah musibah menimpa manusia.”

Itulah yang pernah terjadi pada Rabi’ah ArRay (guru Imam Malik bin Anas). Imam Malik menuturkan : Suatu hari Rabi’ah menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau ditanya: Apakah ada musibah yang menimpa dirimu?” Beliau menjawab:”Tidak ada, tetapi orang-orang yang tidak berilmu (jahil) telah dimintai fatwa sehingga muncullah musibah besar dalam Islam ini.
(Madharikun Nadhar fi As-Siyasah hal 204-205)

Dari jalur Asy-Sya’bi, dari Masyruq, dari Ibnu Mas’ud yang berkata :
”Tidak datang kepada kalian suatu masa yang baru melainkan lebih buruk daripada sebelumnya. Saya tidak maksudkan seorang pemimpin yang lebih baik dari pemimpin lainnya atau satu tahun yang lebih baik dari tahun lainnya. Akan tetapi ulama dan fuqaha kalian pergi (wafat) lalu kalian tidak lagi mendapatkan pengganti mereka. Kemudian datanglah suatu kaum yang berfatwa dengan akal mereka.”
Dalam lafadh lain dengan jalur yang sama: ”Itu bukanlah tentang banyaknya curah hujan atau sedikitnya, akan tetapi tentang kepergian ulama. Lalu muncullah suatu kaum yang memberikan fatwa dalam semua perkara dengan akal mereka, sehingga dia merusak Islam dan merobohkannya.” (Fathul Bari, 13/21)

Ya’qub bin Abi Syaibah mengeluarkan melalui jalur Al-Harits bin Hushairah, dari Zaid bin Mas’ud berkata: ”Tidaklah datang kepada kalian suatu hari yang baru melainkan ia lebih buruk daripada hari sebelumnya, begitulah sampai tegak hari kiamat. Saya tidak memaksudkan kemewahan hidup yang dimilikinya atau harta yang bernilai baginya. Akan tetapi tidaklah datang kepada kalian hari yang baru melainkan itu lebih sedikit ilmunya daripada sebelumnya. Kalau ulama telah pergi maka manusiapun duduk terdiam (merasa sama rata keilmuannya), sehingga mereka tidak ber’amar ma’ruf dan tidak bernahi mungkar. Ketika itulah mereka binasa.” (Fathul Bari, 13/21 no. 7069. Atsar ini dihasankan oleh Ibnu Hajar. Diriwayatkan juga oleh Al-Fusawi sebagaimana dalam Dzail Al-Ma’rifah wat Tarikh III/393 dan Ibnu ’Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhili II/136)

Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada ’Abdullah bin Mas’ud yang berkata:
”Bagaimana kalian ketika kalian telah diselimuti dengan fitnah, yang didalamnya orang dewasa hidup menjadi renta dan anak-anak hidup menjadi dewasa, sehingga manusia menjadikannya sebagai adat kebiasaan yang apabila diubah maka mereka mengatakan,”Adat diubah!”
Orang-orang bertanya:”Kapankah hal itu akan terjadi, wahai Abu ’Abdirrahman?”
Ibnu Mas’ud menjawab:”Disaat menjadi banyak para ahli baca Al-Qur’an kalian dan sedikit orang yang faqih (’alim), banyak pemimpin dan sedikit anak-anak kalian, lantas kalian mencari dunia dengan amalan akhirat.” (Al-Madkhal ilas Sunan Al-Kubra, Al-Baihaqi, hal.453)

Dalam Hadits Tsuban radhiallahu’anhu dari Rasulullah Shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
”Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas ummatku adalah para pemimpin yang menyesatkan.”
(HR. Ahmad V/278 & 284, Abu Dawud 4252, At-Tirmidzi 2229, Ibnu Majah 3952. At-Tirmidzi berkata, ”Hadits ini hasan shahih juga datang dari jalur Umar bin Khattab, Abud Darda’, Abu Dzarr, tsuaban maula Rasulullah, Syaddad bin ’Aus, dan Ali bin Abi Thalib. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1582).

Dari Hudzaifah Ibnul Yaman berkata :”Dahulu manusia (para shahabat) selalu bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sementara aku sering bertanya kepada beliau tentang kejelekan. Karena khawatir kejelekan tersebut data menemuiku. Maka aku berkata :
”Wahai Rasulullah, sesungguhnya kita dahulu dalam keadaan jahiliyyah dan kejelekan. Kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kita. Apakah setelah adanya kebaikan ini masih akan ada kejelekan?”
Rasulullah menjawab : ”Ya.”
Aku berkata :”Dan apakah setelah kejelekan tersebut masih akan ada kebaikan lagi ?”
Rasulullah menjawab : ”Ya, tetapi pada kebaikan tersebut tercampur dengan adaya kesuraman.”
Aku berkata : ”Apa bentuk kesuraman tersebut ?”
Rasulullah menjawab : ”Adanya suatu kaum yang berprinsip selain dengan sunnahku, dan mengambil petunjuk selain dengan petunjukku. Engkau mendapati beberapa kebaikan pada mereka di satu sisi, namun disisi lain engkau mengingkari kenungkaran yang ada pada mereka.”
Aku berkata : ”Apakah setelah kebaikan tersebut masih akan muncul kejelekan lagi ?”
Rasulullah menjawab : ”Ya, yaitu munculnya sekelompok da’i yang berada di pintu-pintu jahannam. Barang siapa memenuhi seruan mereka maka mereka akan melemparkannya kedalam jahannam.”
Aku berkata : ”Wahai Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka itu kepada kami.”
Rasulullah menjawab : ”Mereka adalah suatu kaum yang berasal dari bangsa kita dan berbicara dengan bahasa kita.”
Aku berkata : ”Wahai Rasulullah, apa nasehatmu jika kondisi itu datang menemui aku ?”
Rasulullah menjawab : ”Wajib atasmu untuk selalu berpegang dengan ’jama’atul Muslimin’ (pemerintah muslimin) dan penguasa mereka.”
Kemudian aku berkata : ”Kalau seandainya mereka tidak memiliki pemerintahan dan penguasa ?”
Rasulullah menjawab : ”Maka tinggalkan semua kelompok-kelompok, walaupun engkau terpaksa harus menggigit akar pohon, hingga kematian datang menemuimu sementara engkau tetap dalam keadaan seperti itu.”
(HR. Bukhari 3606 & 7084, Muslim 1847)

Kesimpulan :
1. Diakhir zaman ini ilmu agama yang benar semakin sedikit tersebar dengan meninggalnya para ulama penyebar ilmu yang benar tersebut, sehingga ia (ilmu itu) menjadi suatu hal yang tersembunyi (rahasia).
2. Kemudian muncul para penyeru da’wah yang berda’wah dengan akalnya, pencari pembenaran dengan dalil mutasyabihat untuk membenarkan pendapat akalnya, mereka sesat den menyesatkan ummat. Sebenarnya mereka adalah orang yang bodoh dalam perkara agama namun pintar berbicara (retorika).
3. Inilah yang dikabarkan oleh Rasulullah : ”Sesungguhnya termasuk tanda hari kiamat dan dekatnya ialah kurangnya ilmu dan banyaknya kejahilan.” (’Aqidah Ashhabil hadits : 120)
4. Kondisi ini semoga menumbuhkan sikap kritis kita terhadap berita yang disandarkan kepada agama kita dan menumbuhkan semangat kita untuk menuntut ilmu agama yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan penjelasan berita dari Shahabat Rasulullah dan ulama besar Islam sejak dahulu.
5. Dengan bekal ilmu, insyaa Allah kita diberikan al-furqan, untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, siapa orang-orang yang berkata benar dan siapa orang-orang yang disifati Rasulullah dalam hadits diatas ”mereka sesat dan menyesatkan”, sehingga kita selamat sampai kepada tujuan yang dijanjikan Allah.

Wallaahu a'lam bishshowaab